Menelaah Bahasa Tubuh Kandidat Cagub-Cawagub DKI
Foto-foto Antara |
"Untuk masa pilkada, para calon harus hati-hati 'jaga tangan'," kata Monica kepada AntaraNews, Sabtu 14 Januari 2017.
Setiap
pasangan sudah punya nomor urut masing-masing, sehingga gestur yang
menunjukkan satu jari, dua jari atau tiga jari seakan jadi kode bahwa
seseorang mendukung kandidat tertentu.
Misalnya
pasangan nomor urut satu, Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni,
harus berhati-hati agar tidak sengaja membuat pose tangan dua atau tiga
jari.
Psikolog itu mengatakan gestur yang
menjadi kode tertentu disebut sebagai "emblem", salah satu contoh
sederhana "emblem" adalah menggoyangkan tangan dengan telapak tangan ke
arah depan sebagai pengganti kata "tidak".
Dari semua kandidat, yang sudah mempraktikkan "emblem" adalah Sandiaga Uno.
Saat
menyebut program kerja One Kecamatan One Center for Enterpreneurship
(OK OCE), Sandi menyentuhkan ujung jempol dan telunjuk membentuk
lingkaran seperti kode "oke".
"Itu adalah salah satu upaya mempengaruhi audiens agar kode itu masuk ke alam bawah sadar mereka," katanya.
Pakar bahasa tubuh Monica Kumalasari menganalisa setiap kandidat
calon gubernur-wakil gubernur DKI Jakarta berdasarkan bahasa tubuh yang
terlihat selama Debat Calon Kepala Daerah DKI Jakarta di Hotel Bidakara,
Jakarta, Jumat (13/1) malam menjabarkan lima kategori bahasa tubuh menjadi lima kategori, yaitu
raut wajah, gestur, suara, gaya verbal dan konten verbal.
RAUT WAJAH
Agus Harimurti Yudhoyono - Sylviana Murni
ANTARA FOTO/M Agung Rajasa
Monica
menilai Agus terlihat jelas sering memaksakan diri tersenyum, padahal
dalam situasi netral Agus biasanya memasang ekspresi datar.
"Base line wajah Agus bukan smiley face. Karena dia mantan tentara, biasanya wajahnya flat,” kata Monica pada ANTARA News, Sabtu.
Bisa
jadi itu merupakan salah satu cara putra sulung Presiden RI ke-6 Susilo
Bambang Yudhoyono itu untuk menenangkan diri dari rasa gugup yang
melandanya semalam.
"Kelihatan kayak banyak
menelan ludah, kelihatan dari jakunnya. Mungkin juga karena ruangan
dingin, jadi terasa kering (tenggorokan)," katanya.
Sementara Sylvi memiliki berbagai ekspresi wajah yang terlihat saat dia berbicara di atas panggung.
Basuki Tjahaja Purnama - Djarot Saiful Purnama
ANTARA FOTO/M Agung Rajasa
Monica
menjelaskan ada dua hal yang diperhatikan dari bahasa tubuh: konsisten
dan spontan. Dua hal itu terpancar jelas dari sosok Basuki alias Ahok.
Apa yang dikemukakan Basuki selama debat dinilainya spontan dan
konsisten sejak awal hingga akhir.
"Karena dia sudah menjalankan itu (gubernur) dan apa yang dia kemukakan adalah kenyataan," katanya.
Hanya
saja, Basuki sempat tertawa ketika muncul pertanyaan jelang akhir debat
mengenai apakah para kandidat akan tergiur mengikuti ajang pemilihan
presiden 2019.
"Harusnya itu momen serius," ujar Monica.
Serupa
dengan Basuki, mimik wajah Djarot terlihat spontan dan konsisten. Dia
terlihat lebih tenang karena apa yang diutarakan selama debat adalah apa
yang sudah ia kerjakan.
Anies Baswedan - Sandiaga Uno
ANTARA FOTO/M Agung Rajasa
Monica berpendapat Anies adalah seorang orator yang baik dengan kemampuan retorika mumpuni.
"Bertuturnya pintar, bahasa tubuhnya tergambar dengan baik," puji Monica.
Sandiaga
Uno memang berada di atas panggung bersama kandidat lain, namun
Sandiaga terlihat seperti orang yang sedang menikmati tontonan.
Salah
satu contohnya adalah momen ketika dia tertangkap kamera sedang
menggeleng-gelengkan kepala sambil menatap ke arah penonton, seakan
memberi isyarat "harap tenang".
"Padahal itu bukan menjadi tanggung jawab dia," kata Monica.
Saat Anies berbicara, Sandi mirip seperti penonton yang terlihat "terhanyut" dalam retorika Anies.
BAHASA TUBUH
Monica menilai bahasa tubuh dari gerakan tangan para kandidat selama debat berlangsung.
Agus - Sylvi
ANTARA FOTO/M Agung Rajasa
Pada
awal debat, Agus terlihat masih kaku. Namun tangannya jadi lebih
dinamis seiring berjalan waktu. Tangan Agus sudah mulai "berekspresi".
Monica mencatat ada saat ketika Sylvi memasukkan tangan kanan ke dalam saku.
"Bisa jadi karena kedinginan, tapi saat menghadapi sesuatu yang penting lebih baik hindari (tangan masuk saku)," katanya.
Basuki - Djarot
Gerakan
tangan pasangan Basuki dan Djarot dianggap normal dan spontan karena
apa yang mereka ungkapkan dalam debat adalah pekerjaan keduanya selama
ini.
Anies - Sandi
"Anies
bagus banget," kata Monica. Anies banyak menggunakan gerakan ke atas
dan bawah, seperti saat berbicara soal antinarkoba. Gerakan tangan Anies
digunakan untuk memberi penekanan pada apa yang dibicarakannya atau
bahwa tema itu penting baginya.
"Mungkin karena dia sudah terbiasa jadi dosen atau berbicara di depan umum," katanya.
Sandi
membuat bahasa tubuh dengan istilah "emblem", yakni gerakan menempelkan
jempol dengan telunjuk membentuk "O" dengan tiga jari tetap terangkat
saat menyebut program kerja One Kecamatan One Center for
Enterpreneurship (OK OCE).
SUARA
ANTARA FOTO/M Agung Rajasa
Agus - Sylvi
Nafas
Agus agak memburu, terdengar seperti terburu-buru sehingga menimbulkan
kesan defensif. Sementara Sylvi memiliki suara mengalun seperti orang
bertutur.
Ahok - Djarot
Suaranya terdengar seperti penampilan mereka di muka publik seperti biasanya.
Anies - Sandi
Suara Anies terdengar seperti orang bertutur dan bercerita. Dia bisa mengatur kapan tinggi, rendah dan mana yang jadi penekanan.
Sedangkan Sandiaga Uno dianggap lebih bisa menjaga tone suaranya sehingga terdengar lebih tenang ketimbang Agus.
GAYA VERBAL
ANTARA FOTO/M Agung Rajasa
Monica
mencatat Sylvi dan Sandi kerap menggunakan kata "saya" ketimbang "kami"
untuk hal yang sebenarnya tidak dikerjakan sendirian.
Misalnya
perkataan Sandiaga Uno "Saya membina UKM". Bisa dipastikan bukan hanya
ia seorang diri yang jadi pembina, tapi ada tim yang ikut mengerjakan.
Gaya
verbal seperti itu dianggap bisa menyiratkan keinginan menonjolkan diri
sendiri, namun Monica mengatakan alasan di balik gaya verbal para
kandidat tentu harus digali lebih dalam.
KONTEN VERBAL
Monica menganalisa logika dari perkataan yang dilontarkan para kandidat hanya dari segi bahasa, terlepas dari isu politik.
"Ini hanya untuk edukasi masyarakat ketika melihat informasi dari sisi konten verbalnya, informasi itu logis atau tidak?"
Dilihat
dari sisi logika, spontan dan detil, pasangan Basuki - Djarot dianggap
lebih unggul dari yang lain karena bisa menjabarkan data dari realita."Yang lain ngomongnya masih di awang-awang," katanya.(antaranews.com)