Menag Berharap NU Jadi Lokomotif Terdepan Dalam Mengembangkan Islam

Menag Lukman beri sambutan pada Halaqah Ulama 'Refleksi 33 tahun Khittah NU' di PP Salafiyah Syafiiyah Situbondo. (foto: kemenag|daniel)
BRNews - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin berharap  agar Nahdlatul Ulama (NU) senantiasa menjadi lokomotif terdepan dalam mengembangkan Islam yang menggunakan pendekatan promotif dan tidak konfrontatif. Harapan ini disampaikan pada acara Halaqah Ulama 'Refleksi 33 tahun Khittah NU' yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah , Situbondo, Kamis (12/1/2017). 

Selain para ulama, hadir pula dalam acara ini, Rois Am PBNU yang juga Ketua Umum MUI KH Ma'ruf Amin, Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, serta Kepala Kanwil Kemenag Provinsi Jatim.
Menurut Menag, dakwah promotif berarti mengajak bukan mengejek, bukan memukul, dan tidak konfrontatif. Banyak negara lain melihat Indonesia sebagai salah satu model penerapan nilai-nilai Islam yang bisa ikut memberikan kontribusi dalam membangun peradaban dunia.
"Indonesia menjadi salah satu alternatif dalam melihat bagaimana pengimplementasian nilai nilai Islam di tengah kehidupan yang majemuk ini," ujarnya.
Sebagai sebuah organisasi, lanjut Menag, NU memiliki energi yang luar biasa. Tidak hanya energy, NU juga memiliki sumber daya yang yang begitu besar. Karenanya, wajar jika harapan besar dilekatkan kepada Nahdlatul Ulama.
"Selaku menteri yang mengurusi bidang keagamaan, setidaknya dalam dua tahun ini, saya merasakan betul betapa hampir semua kita itu amat sangat berharap peran kontribusi sumbangsih yang lebih besar dari NU, khususnya di era kekinian ini," ucapnya.
Mengapa kita berharap, menurut Menag karena Indonesia adalah negara religius. Bahkan, bisa dikatakan, sedikit sekali bangsa dan negara di dunia yang seperti Indonesia karena aktivitas kesehariannya tidak lepas dari peran agama.
"Baik kemasyarakatannya, pemerintahannya, dan lainnya, sarat dengan nilai-nilai agama atau merupakan cerminan dari nilai-nilai agama," katanya.
Kearifan lokal yang tumbuh di nusantara juga bersumber dari nilai agama. Dan, karena mayoritas masyarakat Indonesia beragama Islam, menurut Menag, maka tentu Islam menjadi warna tersendiri dan sekaligus memegang tanggung jawab yang terbesar dalam menentukan arah bangsa ke depan.
Sementara itu, Rois Am PBNU KH Maruf Amin meminta ulama untuk kembali ke pondok guna membina masyarakat dan membangun ekonomi keumatan. "NU saat ini terus membangun perguruan tinggi, rumah sakit, dan pelayanan publik untuk memberikan kemudahan-kemudahan kepada umat," pesannya. (kemenag) 

Subscribe to receive free email updates: