Dari Masa Penjajahan Sampai Sekarang Umat Islam Terus Diadu Domba


Menag Lukman Hakim Saifuddin bersilaturahim dengan santri pontren Isma'iliyah Al-Muhtadi, Lamongan. (foto:arif).
BRNews - Dakwah untuk mengajak bukan mengejek, berdakwah mempromosikan nilai Islam yang positif. Islam itu yang  kita kedepankan, yaitu Islam yang promotif bukan Islam yang konfrontatif.

Demikian disampaikan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dihadapan pimpinan dan santri pondok pesantren Ismailiyah Al-Muhtadi Lamongan, Kamis (19/1/2017).
Selain menekankan dakwah yang promotif, Menag menyampaikan, pada masa kolonialisme, rakyat Indonesia dilemahkan, sesama anak bangsa dipisah-pisahkan, dibenturkan dan diadu. Sampai sekarang, perilaku ini meski kita sudak tidak dijajah, namun ada pihak lain yang berupaya membenturkan anak bangsa.
"Ini penting untuk dipahami, karena bangsa ini adalah bangsa besar dan kaya," kata Menag.
Menurutnya, di kehidupan sekarang yang kompetitif, Indonesia menjadi negara yang diperebutkan banyak pihak, sehinga banyak upaya dan berkepentingan bangsa ini dilemahkan diadu sehingga tidak berpikir produktif, dengan membesarkan perbedaan.
Dikatakan Menag, kita perlu mewaspadai hal ini, kita sudah dikenal sebagai negara yang religius, dan mayoritas muslim, dan Islam yang berkembang adalah Islam yang moderat, rahmatal lil alamin, yang menjunjung tinggi Islam tawazun (senantiasa menjaga keseimbangan), tasamuh (toleran).
"Itulah nilai yang diajarkan para pendahulu kita, dan inilah yang saat ini mendapatkan ancaman oleh pihak yang membesarkan perbedaan, sehingga umat Islam waktunya habis oleh perbedaan yang tidak prinsipil, terlebih saat ini eranya era digital," kata Menag.
Menag mengungkapkan, sosial media itu luar biasa dan itu digunakan untuk membuat sibuk umat Islam membahas perbedaan yang tidak prinsipil.
Menag menegaskan, kita paham mengapa ada mahzab (fiqh misalnya) yang beragam. Menurutnya, semua itu tidak untuk disatukan, tapi justru untuk memudahkan bagi kita memilih yang sesuai dengan kondisi masing-masing.
"Yang dituntut kita adalah mensikapi keragaman dengan arif, bukan untuk menyeragamkan, karena itu melanggar sunnatullah," tutur Menag.
Menag mengajak keluarga besar pontren, agar Islam yang moderat lestari di nusatara ini, Islam yang mengajak, tidak mengejek, Islam yang promotif bukan Islam yang konfrontatif. (kemenag.goid).

Subscribe to receive free email updates: