KH Ma'ruf Amin Ingatkan Seluruh Pengurus Tentang Garis NU
Baiturahman News - Rais ‘Aam PBNU KH Ma’ruf Amin mengingatkan kepada para pengurus di
lingkungan Nahdlatul Ulama tentang dua aspek organisasi, yakni pemikiran
(fikrah nahdliyah) dan gerakan (harakah nahdliyah). Menurutnya, keduanya menjadi garis atau pegangan yang harus dipedomani warga NU.
Pada aspek pemikiran, menurut Kiai Ma’ruf, NU memegang apa yang ia sebut dengan tawassuthiyah (moderasi), tathawwuriyah (dinamisasi), dan manhajiyah
(metodologi). “Moderat artinya tidak terlalu tekstual, juga tidak
terlalu liberal,” katanya saat membuka Rapat Kerja Nasional II yang
diikuti seluruh pengurus harian lembaga dan badan otonom NU di
auditorium gedung PBNU, Jakarta, Sabtu (19/11/2016).
Ia mencontohkan pemikiran para pengusung khilafah sebagai cara
pandang tekstual yang menganggap seolah tak ada perubahan dalam sejarah
kehidupan ini. Sebaliknya, orang-orang liberal menganggap semua berubah
sehingga terkesan menggampangkan agama. “NU tak sepakat dengan pandangan
ini. NU meyakini ada yang tsabitat (tetap), ada juga yang mutaghayyirat (berubah),”jelasnya.
Karena itu, NU adalah organisasi yang berpikir dinamis sebagaimana jargon al-muhafadhah ‘alal qadimis shalih wal akhdzu bil jadidil ashlah
(melestarikan tradisi lama yang baik dan mengambil hal baru yang lebih
baik). Dalam proses dinamisasi tersebut, menurut Kiai Ma’ruf, NU harus
berpedoman dengan metodologi atau manhaj.
Gerakan NU
Dari sisi gerakan, jelas Kiai Ma’ruf yang juga ketua MUI pusat ini, NU mengedepankan himayah (perlindungan) dan ishlahiyyah (perbaikan). NU harus menjaga ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah yang mengedepankan sikap-sikap toleran, moderat, dan adil.
Ia juga mendorong NU untuk melakukan perbaikan-perbaikan. “Al-muhafadhah ‘alal qadimis shalih wal akhdzu bil jadidil ashlah. Menurut saya ini kurang inovatif, hanya menjaga dan mengambil,” katanya. Moto ini baginya mesti ditambah dengan al-ishlah ila ma ghairil ashlah (memperbaiki apa yang belum menjadi lebih baik).
“Tapi yang lebih baik juga enggak seterusnya baik. Baik hari ini belum tentu baik nanti. Jadi harus ditambahi lagi ‘tsummal ashlah fal ashlah
(perbaikan terus menerus),” katanya yang juga mengutip Imam Izzuddin
Abdus Salam yang mengatakan bahwa orang yang mengabaikan inovasi berarti
tak paham soal keutamaan perbaikan.
Kiai Ma’ruf menyebut garis-garis tersebut dengan sebutan mabadi nadhliyat
(dasar-dasar ke-NU-an). Secara teknis dasar-dasar itu juga bisa
dilakukan dengan merujuk Qanun Asasi, Khiththah Nahdliyah, dan
produk-produk kesepakatan yang dihasilkan forum resmi NU seperti
Muktamar dan Munas atau Konbes.