Ketika Liberallisme Barat Tengah Menggerus Anak Indonesia
Baiturahman News - Penasehat Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) KH As'ad Said
Ali mengingatkan para Guru NU tentang bahaya liberalisme. Islam yang
muncul pada era sekarang, ia menyebut di dunia Barat, sopan santun
seorang anak kepada orangtuanya tidak terjaga.
Misalnya
anak menyebut orang tuanya dengan panggilan nama langsung. Sedangkan di
Indonesia, anak dibiasakan memanggil dengan sebutan ayah, bapak, ibu,
dan sebutan-sebutan sejenis.
Liberalisme
semacam itu menjadi tantangan yang harus dikendalikan oleh para guru NU.
Kiai As'ad mengatakan hal tersebut pada Forum Silaturahim di ajang
Kongres Ke-2 Pergunu di Pondok Pesantren Amanatul Ummah, Pacet,
Mojokerto, Jawa Timur, Kamis (27/10) pagi.
Liberalisme
Barat menurutnya, merupakan penjajahan bagi masyarakat Indonesia. Bila
dibiarkan, masyarakat akan terbawa pada perilaku, pola pikir, dan
berpakaian seperti masyarakat Barat.
Liberalisme
dalam tahap tertentu bisa berwujud perbedaan pemahaman. Dalam
menghadapi Liberalisme, guru-guru NU harus mengedepankan toleransi agar
tidak timbul perpecahan.
“Namun untuk kalangan
sendiri (Nahdliyin, santri, dan murid NU) harus ditegaskan bahaya serta
peringatan agar tidak terbawa kepada kelompok liberal,” ucap penulis
buku Al-Qaeda ini.
Hal tersebut juga sepadan
dengan karakteristik NU yang tampil sebagai penengah dan solusi dalam
setiap persoalan. Begitu juga mengenai radikalisme yang menyebabkan
wajah Islam terlihat eksklusif (tertutup) dan kaku. Di titik inilah
sikap wasathiyah (moderatisme) NU menjadi penengah antara liberalisme
dan radikalisme atau fundamentalisme.
"Ajaran
agama harus dikedepankan, dengan mendasarkan diri pada ketentuan
Al-Qur’an, Hadits, ijma, dan qiyas. Namun, ukhuwah Islamiyah juga harus
ditegakkan," tegas As’ad yang juga Mustasyar PBNU ini.