Presiden Ingatkan Pesantren Agar Tidak Lengah Menghadapi Persaingan Global

Presiden Joko Widodo disaksikan Menko PMK Puan Maharani, Menag Lukman Hakim Saifuddin dan Rektor Unida Amal Fahullah Zarkasyi menekan tombol pertanda
Baiturahman News - Presiden Joko Widodo kembali menyampaikan Konsekuensi perubahan tata global di mana saat ini hampir tidak ada batas antar negara. Presiden menyampaikan contoh sejak dibukanya Masyakarat Ekonomi Asean (MEA) yang artinya batas negara Asean hampir sudah tidak ada. Rakyat Malaysia bisa berusaha di Indonesia juga negara Asean lainnya.
Saat ini, ujar Presiden, belum tampak perubahannya, tapi lambat laun pergerakan perubahan tersebut akan terlihat.
"Nanti kita akan merasa, lho koq ada orang Malaysia, Thailand, dan lainnya. Ketika saya dan kepala negara Asean bergandengan tangan , tapi batin saya mengatakan mereka adalah saingan kita, jangan lengah, ini adalah keterbukaan yang tidak bisa dihambat. Karena kalau malu menutup diri, kita akan merugi," ujar Presiden Joko Widodo saat menghadiri perayaan 90 tahun Pondok Modern Gontor, Senin (19/9/2016). 

"Konsekwensi dari keterbukaan, kita harus siap, dan tidak ada pilihan lain, harus menyiapkan diri. Tidak mungkin kita monoton, tidak mau menelan pil pahit. Kalau hanya rutinitas selalu kita jalani, saya khawatir kompetisi ini bisa meninggalkan kita dan kita ditinggalkan sangat jauh," tambah Presiden.
Mengawali sambutannya, Presiden menjelaskan tentang kondisi ekonomi hampir semua negara berada dalam kondisi sulit, juga politik dunia yang penuh ketidakpastian. Tahun lalu, ujar Presiden, lembaga riset dunia menyatakan, ekonomi tahun ini akan bergerak membaik, tapi kemudian mereka menganalisiis pergerakan ekonomi dunia tahun depan menurun. Kondisi politik juga pun begitu, pengungsian dan konflik sulit diselesaikan.
"Namun, patut kita syukuri bahwa di Indonesia kondisi politik stabil, ekonomi juga masih stabil. Saya kira ini butuh kerja keras semuanya," kata Presiden.
Presiden bersyukur, dengan kemajemukan bangsa Indonesia, kerukunan bangsa tetap terjaga. Kita bersyukur, negara kita tetap kokoh meski berbeda-beda dalam bahasa, budaya dan agama.
Presiden juga mengatakan, kalau kita bicara indeks rasio kemudahan berusaha, kita berada di nomor 109, Malaysia di peringkat 8 dan Singapura nomor 1. Hal ini, tandas Presiden harus kita perbaiki.
"Saya sangat bersyukur, Gontor alumninya ada yang jadi ketua MPR, Menteri, Bupati dan pimpinan daerah lainnya. Ini yang menyebabkan saya bangga, dan mengapresiasi bahwa alumni Gontor bisa bersaing dengan lainnnya, ini sebuah kualiatas yang harus dijaga dan ditingkatkan," pinta Presiden.
Sementara itu, pimpinan pondok Gontor KH. Hasan Abdullah Hasan dalam sambutannya mengatakan bahwa, pondok dan pimpinannya berkomitmen untuk mengestafetkan apa yang yang telah dicapai untuk dilanjutkan generasi selanjutnya, tidak mewariskan tapi mengestafetkan.
"Sebelum patah, sudah ada yang tumbuh, kami tidak mewariskan sesuatu tetapi mengestafetkan pondok ini untuk kemuliaan umat dan bangsa bagi generasi selanjutnya," ujar Kyai Hasan.
Pondok ini, tandas Kyai Hasan, didirikan di atas dan untuk semua golongan, bukan milik partai tertentu, tarikat tertentu, mahzab tertentu dan keluarga. Pondok ini sudah diwakafkan kepada umat Islam dan menjadi milik umat Islam.
Dalam kesempatan kunjungannya, Presiden meresmikan gedung utama kampus Universitas Darussalam Gontor yang ditandai dengan pembukaan selubung pintu gedung, dan peletakan batu pertama pembangunan menara baru masjid pondok Gontor.
Puncak perayaan 90 tahun pondok Gontor dihadiri Ketua MPR RI Zulkifli Hasan, Menko PMK Puan Maharani, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid, Menseskab Pramono Anung, Plt. Ketua DPR RI Farouk, Gubernur Jawa Timur Soekarwo, pimpinan, alumni, dan santri Pondok Gontor. (kemenag)

Subscribe to receive free email updates: