PDHI Yogyakarta, Wadah Memelihara Amal Sosial Para Hujjaj


Drs.H. Djuanda YHS (foto-foto  NM)
Baiturahman News - Hari itu Kamis 1 Desember 2011, langit diatas kota Yogyakarta, diselimuti oleh awan yang menggayut. Suasana mendung pun menyelimuti area Alun-alun Utara Yogyakarta. Meski tampak mendung, namun suasana di sebuah sudut di Gedung PDHI yang terletak di Alun-Alun Utara Yogyakarta itu tampak menyemburatkan keceriaan oleh para hajjah yang siang itu tengah mengikuti sebuah ta'lim khusus kaum ibu PDHI yang berlangsung tiap tanggal 1 dalam setiap bulannya.

“Pak dari pengajian tadi ada seorang ibu yang baru pulang dari haji menyumbangkan bangku untuk PDHI,” tutur seorang ibu yang berusia setengah baya saat melaporkan kepada Wakil Sekretaris PDHI Yogyakarta, Drs.H. Djuanda YHS, di ruang kerjanya, Kamis 1 Desember 2011.
Mengomentari adanya sumbangan bangku dari jemaah haji tersebut, Djuanda menerangkan bahwa PDHI ini merupakan wadah bagi umat Islam khususnya para jemaah haji dalam berderma, gotong royong untuk melakukan amal jariyah. “Ini sesuai dengan salah satu garis-garis besar dalam pendirian PDHI yaitu mempelopori bergotong dan berdana untuk beramal jariyah,” terang Djuanda kepada Realita Haji di Sekretariat PDHI Yogyakarta, belum lama ini.
PDHI ini merupakan akronim dari perpanjangan Persaudaraan Djemaah Haji Indonesia, yang berkedudukan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Dia menerangkan, oleh karena PDHI merupakan perkumpulan dari para jemaah haji dalam membina serta menjaga kemabruran pasca haji, maka di PDHI ini pun tak ada pengkotak-kotakan pandangan, seperti Islam Muhammadiyah atau Nahdlatul Ulama, yang ada hanyalah satu kata, muslim.
Menurut Djuanda, kegiatan yang dilaksanakan oleh Perkumpulan PDHI berorientasi pada aspek pemeliharaan ukhuwah Islamiyyah secara luas, usaha-usaha mencapai haji mabrur, pemanfaatan kemabruran ibadah haji dalam masyarakat, menggerakkan thalabul ilmi dan amal, pelopor kerja-kerja kolektif dan amal jariyah, tidak mencampuri urusan politik dengan menitikberatkan pada persoalan kerohanian semata.
Ajaran ukhuwah Islamiyah, tambahnya, hormat menghormati, bersikap husnudhon, harus dapat terlaksana dan dinikmati bersama. Baik yang membaca Fatihah dengan membaca Bismillah atau yang tidak, yang angkat tangan dengan do'a qunut saat sholat Subuh atau yang tidak membaca do'a qunut dan sebagainya. “Inilah antara lain yang melatarbelakangi berdirinya PDHI,” urai Djuanda.
Ya, sebanyak 31 orang jamaah haji Indonesia dari Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta yang dipimpin oleh KH. Mathori Al Huda, yang saat menunaikan ibadah haji pada tanggal 17 Syawal 1371 H bertepatan dengan tanggal 22 Juli 1952 M telah menjadi saksi dan sekaligus sebagai pencetus atas didirikannya Persaudaraan Djama'ah Haji Indonesia.
Dalam perkembangan selanjutnya PDHI telah menyempurnakan anggaran dasarnya, kemudian diberikan status Yayasan dengan Akta Notaris No. 27 tertanggal 15 Nopemeber 1977 dan didaftarkan pada Pengadilan Negeri Yogyakarta pada tanggal 19 Desember 1977 dengan Nomor 278/77.
Perkembangan selanjutnya, Yayasan PDHI melakukan penyempurnaan organisasi dengan akta notaries Umar Syamhudi, S.H., Nomor 40 Tanggal 23 Agustus 1991. Kemudian melakukan perubahan dengan nama Perkumpulan PDHI dengan akta notaries Hj. Pandam Nurwulan, S.H., M.H. dengan nomor 59 tanggal 31 Juli 2002.
Karena itu, untuk memelihara dan melanjutkan semangat para pendirinya itu, PDHI tak henti-hentinya  melakukan pembinaan rohani kepada jemaah haji khususnya atau ummat Islam umumnya dalam memelihara kemabruran haji melalui pengajian-pengajian atau amal-amal soleh lainnya.
Pengajian Lapanan
Dalam PDHI ini ada dua model pengajian yaitu Pengajian Ahad Paing dan Ahad Pon, yang siklusnya berjalan per 35 hari (istilah di Jawa Lapanan). Menurut Djuanda, masing-masing dari pengajian itu topiknya berbeda-beda. Pengajian Ahad Paing ini pesertanya para aghniya, yang kebanyakan  menengah keatas. Kedua pengajian ini tempatnya berpindah-pindah aliasu keliling.
“Selain pengajian lapanan ada pula pengajian yang dilakukan mingguan yaitu berlangsung tiap Jum'at dan Sabtu. Jika pengajian pada hari Jum'at dengan topik bahasan tentang tafsir Qur'an, sedang Sabtu pagi topik bahasannya yang berkaitan dengan hal-hal yang aktual disampaikan oleh para narasumber yang kompeten dibidangnya,” katanya.
Selain menyelenggarakan pengajian di gedung PDHI, pihak PDHI juga “menyebar” da'inya untuk melakukan pembinaan rohani kepada jemaah haji dengan melalui kunjungan ke berbagai masjid yang terdapat di pelosok-pelosok wilayah DIY. Dalam melakukan kunjungan ke masjid-masjid ini, Djuanda mengaku mengunjungi 140 masjid dalam 35 hari. Kunjungan ini selain untuk silaturrahim juga diisi dengan tabligh dan dari pengajian-pengajian itulah PDHI bisa menghimpun dana untuk membangun pesantren, sekolah dan rumah sakit.   
Menurut Djuanda, dalam menghimpun amal sosial ini PDHI kini telah mempunyai lembaga pendidikan seperti TK, MTs di Gunung Kidul, Ponpes Ibnul Qoyim, Koperasi BMT PDHI dan Rumah Sakit Islam Yogyakarta PDHI. RSIY PDHI ini berada di bawah departemen litbang dan pengabdian umat dibidang sosial, amal shalih dan kesehatan.
Rumah Sakit Islam Yogyakarta PDHI adalah salah satu diantara amal usaha yang didirikan oleh Perkumpulan PDHI. RSIY PDHI terletak di Jl. Solo KM 12,5 Kalasan Sleman Yogyakarta.  Operasional pembangunan RSIY PDHI ini di amanahkan kepada Panitia Pembangunan yang dibentuk pada tanggal 1 Oktober 1992. Panitia ini dipimpin oleh Prof. Dr. dr. H. Lamsudin, M.Med., Sc.,Sp. SK. Pembangunan ditandai dengan pemasangan tiang pancang pada tanggal 2 April 1997 dan gedung rawat jalan diresmikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X pada tanggal 17 April 1999 (1 Muharam 1420 H), sedangkan operasional rumah sakit diresmikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X pada tanggal 6 November 2005 bertepatan dengan 4 Syawal 1426 H.
RSIY PDHI adalah Rumah Sakit yang dibangun dan didirikan oleh Perkumpulan PDHI dengan Surat Izin Penyelenggaraan Sementara Rumah Sakit Bupati Sleman Nomor 503/2723/DKS/2005 tanggal 9 September 2005 dan Surat Ijin Operasional Tetap Rumah Sakit Nomor 503/2374/DKS/2011 tanggal 28 Juni 2011.
“Rumah sakit ini memiliki visi adalah terwujudnya rumah sakit yang berkualitas, moderen, handal dan kebanggan umat serta Islami. Sedang misinya adalah menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang cepat, akurat, professional, terakreditasi, mengedepankan kepuasan konsumen dan peduli kepada kaum dhuafa,” jelas Djuanda.
Dia menambahkan, RSIY PDHI ini berdiri diatas lahan seluas 38.673 meter persegi dengan jumlah  tempat tidur sebanyak 60 buah. Sedikitnya ada 93 pasien rawat jalan dalam seharinya, dengan income perhari mencapai 29 juta. Pihak RSIY PDHI kini juga sedang mengembangkan ruang UGD yang pada Maret 2012 diharap sudah bisa beroperasi. RSIY ini masuk kategori tipe C. RSIY PDHI  ini mulai tahun 2003 sampai sekarang dipimpinan oleh dr. H. Nurhidayat Nugroho, Sp. Rad.
Pada awal Juli 2011, RSIY PDHI bekerja sama dengan Pengajian Ahad Paing mengadakan khitanan massal bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu dengan jumlah pendaftar  mencapai 87 anak. (NM)

Subscribe to receive free email updates: