Kemenag dan Global University Lebanon Jajaki Kerjasama Penanggulangan Terorisme

Kepala Balitbang-Diklat Kemenag Abdurrahman Mas'ud terima Ketua Dewan Urusan Hubungan Luar Negeri di Global University Beirut, Lebanon Dr Syekh Sa’ad. (foto kemenag)
Baiturahman News - Badan Litbang dan Diklat Kemenag dengan Global University Beirut menjajaki kerjasama antara peneliti dan akademisi dalam bidang penanggunglangan paham ekstrim. Rencana kerjasama ini terungkap dalam pertemuan antara Kepala Badan Litbang dan Diklat Abdurrahman Mas'ud dengan Ketua Dewan Urusan Hubungan Luar Negeri di Global University Beirut, Lebanon Dr Syekh Saad al-Ajouz, Selasa (5/9) siang.

"Kapan aja nanti, segera kami tindaklanjuti. Banyak yang bisa dikerjasamakan. Ini serius. Apalagi kami sudah punya lembaga yaitu Pusat Kajian Islam Internasional," kata Masud usai pertemuan.
Menurutnya, Indonesia dan Lebanon sama-sama menghadapi persoalan pemahaman tatharrruf atau radikalisme. Padahal role model dunia Islam, Muhammad SAW adalah pemimpin yang humanis dan pluralis. "Kami di Kemenag, khususnya di Balitbang Diklat memiliki banyak fokus program mengkounter radikalisme. Contoh sekarang ini lagi disiapkan Halaqah Ulama Internasional," ungkapnya.
Diskursus keislaman di Indonesi dan Lebanon juga memiliki kesamaan, mengusung pemikiran tentang Islam Rahmatan Lil Alamin. "Kami bersyukur karena pihak luar sering menyebut Muslim Indonesis sebagai The Smiling Islam, atau Islam yg ramah bukan Islam yang marah. Selain itu Muslim mainstream konsisten memperjuangkan NKRI kami serta memperteguh kearifan lokal," ujarnya.
Senada dengan Mas'ud, Syekh asal Lebanon mengatakan bahwa dulu Rasulullah juga memerangi pihak-pihak yang salah paham, namun dengan cara-cara persuasif dan mengedepankan kedamaian, bukan kekerasan.
"Kaum Ahlussunnah Wal Jamaah sebagai kaum muslim mayoritas yang membawa peradaban Islam dari generasi ke generasi. Islam adalah agama moderat, bukan agama radikal," ujar Syekh Saad.
Syekh asal Lebanon ini menambahkan, kaum radikal membawa paham mereka ke seluruh dunia dengan nama yang berbeda-beda. Oleh karena itu, para tokoh masyarakat wajib mengingatkan mereka tentang bahaya paham radikal.
Di Beirut, lanjut Saad, ada orang yang membajak karya ulama lalu diganti dengan ideologi radikal. Pihaknya merasa perlu melakukan tashih. Jika tidak, bukan tidak mungkin masyarakat pembaca bisa tersesat lantaran ajaran tersebut.
Ikut mendampingi Kepala Balitbangdiklat, Kabid Litbang Pendidikan Formal Nuruddin dan mantan Duta Besar RI untuk Lebanon KH. Abdullah Syarwani. (kemenag.go.id)

Subscribe to receive free email updates: