Melestarikan Nilai-Nilai Ramadhan


Sejak tergelincirnya matahari di ufuk barat, gema takbir, tasbih dan tahmid mengumandang membahana di seluruh dunia mengagungkan kebesaran Allah, Tuhan yang maha perkasa pemilik segala kebesaran. Sepanjang hari, pagi, siang dan malam, di masjid-masjid, dikantor, dilapangan, dikesunyian malam, dikeheningan fajar dan dikeramaian kota, semua makhluk tunduk memuji kebesaran-Mu

Allahu Akbar (3 X) Saudara-saudara kaum Muslimin dan Muslimat yang berbahagia.
Marilah kita bersyukur ke hadirat Ilahi dan memuji Allah Yang Maha Suci, atas karunia-Nya pada hari ini, yaitu: kita telah lulus ujian ibadah puasa bulan Ramadhan tahun ini. Dan kita dalam keadaan selaamt sejahtera pada pagi hari ini merayakan bersama-sama Hari Raya Idul Fitri.
Shalawat beserta Salam tidak bosan-bosannya kita bermohon kepada Allah agar disampaikan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarganya dan sahabat-sahabat beliau. Karena berkat perjuangan yang gigih dan penuh sabar yang telah beliau lakukan, telah berhasil membawa umat manusia ke zaman yang terang benderang saat ini. Berkatnya jualah, umat Nabi Muhammad SAW bisa bersaing di era teknologi dan industrialisasi saat ini. Alhamdulillah!
Pada hari yang mulia ini, kita semua masih diberikan nikmat kesehatan, keimanan, tauhid yang kokoh, dan pelbagai nikmat lainnya dari Allah. Al-Qur'an, sebagai pedoman kitab suci umat Muslim, tidak ada satu pun menggambarkan wujud Allah SWT. Namun, tidak ada satu pun manusia yang menafikan kehadiran Allah. Wujudnya bisa dirasakan melalui nikmat-nikmat yang telah diberikan-Nya pada kita semua.
Allahu Akbar [3 X] Jamaah Yang Dirahmati Allah
Nikmat yang besar dan banyak yang kita rasakan ini merupakan bukti nyata bahwa Allah tidak pernah melupakan kita sebagai makhluk ciptaanNya. Udara yang kita hirup setiap hari, darah yang mengalir di dalam tubuh kita, bahkan jantung yang selalu berdenyut yang kita sendiri tak bisa menghitung berapa banyak jumlah denyut jantung tersebut, semuanya itu tidak luput dari perhatian dan kasih sayang Allah SWT.
Allah SWT berfirman: Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula).? Nikmat-nikmat yang telah diberikan itu, seyogyanya kita sebagai mahluk-Nya, untuk selalu bersyukur dan mendekatkan diri pada Allah. Syukur merupakan salah satu bentuk ketaatan hamba pada-Nya. Islam selalu mengajarkan untuk mengiringi sifat jujur dengan syukur. Saat ini, banyak kebohongan merajalela dimana-mana, dari anak kecil sampai dewasa pun, kadang-kadang menyukai berbohong. Misalnya, dalam perdagangan dan berjualan. Demi meraup untung besar, rela berbohong pada pelanggannya. Ini merupakan tindakan yang tidak menerima pemberian sedikit dari Allah SWT. "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
Dengan meninggalkan bulan puasa Ramadhan 1437 H ini, selesailah sudah perjuangan kita sebulan penuh untuk mendisiplinkan diri kita masing-masing pada kehendak dan ketetapan tertinggi dari Allah rabbul 'alamin.
Selama sebulan penuh, kita dengan sengaja dan percaya diri menaham segala aktivitas yang biasa kita lakukan di luar bulan Ramadhan. Ramadhan adalah al-Imsak 'an kulli syai. Bulan puasa Ramadahan adalah bulan menahan segala sesuatu, termasuk aktivitas makan dan minum, bersenggama di siang hari dan lain sebagainya. Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma'af kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan Makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, Yaitu fajar. kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, Maka janganlah kamu mendekatinya.
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa.Semuanya, karena kita hendak memperoleh keridhaan-Nya. Kita dengan sekuat tenaga, berupaya untuk menjauhkan diri dari segala bentuk kemungkaran dan keburukan, sekecil apa pun wujud dan bentuknya.
Allahu Akbar [3 X] Jamaah Yang Dirahmati Allah
Hari ini kalimat takbir dari lisan umat Islam bergema di mana-mana. Hal ini dilakukan sebagai ungkapan syukur yang bercampur gembira, lantaran mereka telah ber-idul fitri (kembali kepada kesucian (fitrah).
Term di atas terdiri dari dua kata, yaitu kata id yang berarti kembali atau hari raya, dan kata fitr yang berarti kesucian. Dengan demikian, Idul Fitri dapat diartikan dengan hari perayaan umat Islam atas keberhasilannya kembali pada kesucian diri layaknya seperti bayi yang baru dilahirkan.
Seluruh umat Muslim saat ini keluar sebagai pemenang. Mereka berhasil melaksanakan ibadah puasa Ramadhan, sebulan penuh lamanya. Sedangkan mereka yang gugur dalam medan pertempuran, gugur bertempur melawan nafsu yang mengajak untuk makan-minum saat berpuasa, semoga Allah memberikannya hidayah dan puasa tahun depan diberikan kemudahan untuk menjalankannya.
Orang yang berhasil melaksanakan puasa sebulan penuh dengan penuh keimanan dan keikhlasan pada Allah Swt. dianggap sebagai orang yang kembali suci. Untuk menunjukkan rasa syukur kepada Allah Swt., umat Islam dianjurkan untuk menutup ibadah Ramadhan dengan melaksanakan shalat sunat dua rakaat yang disebut dengan shalat hari raya Idul Fitri.
Adapun landasan hukum pelaksanaan shalat Idul Fitri tersebut adalah sebuah riwayat dari Anas ibn Malik (w. 95 H) yang mengatakan bahwa ketika Rasulullah Saw. pertama kali hijrah ke Madinah, penduduk Madinah memiliki dua hari khusus yang merupakan hari raya bagi mereka. Lalu Rasulullah Saw. bertanya: ?Kedua hari ini hari apa?? Penduduk Madinah menjawab: ?Pada dua hari ini kami mengadakan perayaan, bergembira dan bermain-main sejak zaman Jahiliyah?. Kemudian Rasulullah Saw. bersabda: ?Sesungguhnya Allah Swt. telah mengganti kedua harimu ini dengan dua hari yang lebih baik, yaitu Idul Adha dan Idul Fitri?[Hadits].
Allahu Akbar [3 X] Jamaah Yang Dirahmati Allah
Di sisi lain,perasaan haru,sedih, air mata bercucuranjuga dialami oleh umat Islam, karena bulan Ramadhan yang amat mulia telah berlalu. Kemuliaan Ramadhan dapat dilihat dari banyaknya julukan lain dari bulan ke-8 tersebut selain julukan Ramadhan. Bulan ini dijuluki juga dengan Syahr al-Qur?an [bulan al-Qur?an], Syahr al-Shiyam [bulan puasa], Syahr an-Najah [bulan keselamatan], Syahr al-Tilawah [bulan membaca], Syahr al-Shabr [bulan kesabaran], Syahr al-Rahmah [bulan kasih sayang].
Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh keagungan dan keistimewaan. Haruskah kita meninggalkan nilai-nilai yang telah kita dapatkan selama bulan puasa Ramadhan kemarin? Tentunya tidak. Ringkasnya, sia-sia semata, ibadah sebulan penuh, tidak membekas sama sekali dalam kehidupan setelah puasa meninggalkan kita semua.
 Allahu Akbar [3 X] Jamaah Yang Dirahmati Allah
Puasa Ramadhan adalah ladang beramal dan memupuk amal kebajikan. Karena itulah, pahala aktivitas-aktivitas seorang hamba, dilipatgandakan oleh Allah, terutama shalat dan membaca al-Qur?an. Namun, bukan berarti setelah kepergiannya, kita pun meninggalkan nilai-nilai luhur dalam bulan puasa Ramadhan.
Di antara nilai-nilai yang harus kita lestarikan adalah: Pertama, Puasa. Bila pada bulan Ramadhan, puasa adalah suatu kewajiban yang harus dilakukan selama satu bulan penuh, maka di luar Ramadhan disunatkan kepada kita melakukan puasa pada hari-hari tertent, seperti puasa enam hari di bulan syawal, puasa senin dan kamis, puasa pertengahan bulan (13, 14, dan 15), dan lain sebagainya. Kedua, Shalat berjamaah. Pada bulan Ramadhan, semua umat Islam berupaya melakukan shalat secara berjamaah, terlebih lagi terhadap shalat sunat tarawih dan witir. Sehingga seluruh masjid,musallah, langgar dan tempat ibadahpenuh sesak dengan jamaah.
Dengan berakhirnya bulan Ramadhan, hendaknya jangan sampai masjid dan musallahmenjadi sunyi dari shalat berjamaah. Ketiga, Zakat dan Sedekah. Ibadah sosial ini banyak dilakukan oleh umat Islam di bulan Ramadhan. Ibadah ini dapat menjadikan manusia memeliki sifat kepedulian sosial (dermawan). Meskipun harta diperoleh melalui jerih payah kita, tetapi di dalam harta tersebut terdapat hak orang lain, seperti hak fakir-miskin, hak masjid, hak anakyatim, dan lain-lain.
Ketiga nilai-nilai yang sangat banyak kita lakukan saat Ramadhan, tidak seharusnya kita tinggalkan pula. Kita pelihara dan kita jaga pada bulan-bulan berikutnya. Bukankah, amal yang berkah adalah amal yang sudah menjadi karakter [kebiasaan] kita sehari-hari. Kita tidak saja menumpuk informasi di kepala, tetapi tetap berusaha untuk mengamalkan apa-apa yang sudah kita ketahui. Kebiasaan selama puasa Ramadhan, bisa menjadi ladang latihan untuk menghantarkan kita kepada akhir hidup husnul khatimah. (Faruq Hamdi/kemenag goid)

Subscribe to receive free email updates: