Masyarakat Israel Pun Terjadi Kesenjangan

KOMUNITAS YAHUDI ASHKENAZI ULTRA-ORTODOKS
DI  ISRAEL. (Foto: Getty Images)
Israel adalah bangsa imigran. Generasi pertama Israel terdiri hanya 32 persen dari jumlah penduduknya sekarang. Integrasi ke dalam masyarakat Israel telah menjadi salah satu tujuan politik utama. Di bawah kepemimpinan pendirinya, Perdana Menteri David Ben-Gurion, Israel akan menjadi bangsa “Yahudi campuran yang hebat”, tetapi sejak awal 1948 bagnsa itu berada di bawah tekanan yang berat.

Dani Reisfeld, warga Israel asal Polandia mengatakan, “Hari ini kita sedang menghadapi krisis identitas. Kita hidup dalam keadaan kesukuan. masyarakat Israel adalah sebuah komunitas retak. Ini sebenarnya terdiri dari banyak kelompok etnis dan sekte dengan konflik kepentingan.”
Karen Amit, warga Israel asal Maroko mengatakan, “Ada kesenjangan dalam masyarakat Israel.”
Memurutnya, warga Israel mendukung kedatangan imigran dalam teori dan cinta mereka, tetapi dalam prakteknya, warga Israel biasa tidak membuka tangannya untuk menyambut para imigran.
“Penelitian tentang sikap Israel terhadap imigran dari Ethiopia telah menunjukkan hasil yang mengejutkan. Di satu sisi, mereka mencintainya dan tidak punya masalah dengan mereka. Tapi ketika ditanya apakah mereka akan menerima Ethiopia sebagai tetangga mereka atau anak-anak mereka berada di sekolah bersama orang Ethiopia, jawaban mereka adalah negatif,” ujar Amit.
Orang Yahudi yang tinggal di Israel hari ini sebagian besar dibagi menjadi tiga kelompok utama, yaitu Ashkenazi, Sephardi dan Mizrahi.
Ashkenazim berasal dari Jerman, Perancis dan Eropa Timur. Istilah “Ashkenazi” berasal dari kata Ibrani untuk Jerman. Kebanyakan orang Yahudi saat ini adalah Ashkenazim, keturunan orang-orang yang tiba dari Eropa pada pertengahan 1800-an dan awal 1900-an.
Sephardim berasal dari Spanyol, Portugal, Afrika Utara dan Timur Tengah. Istilah “Sephardi” berasal dari kata Ibrani untuk Spanyol. Banyak orang Yahudi yang melarikan diri ke Spanyol setelah berakhirnya kekuasaan Muslim di negara itu pada tahun 1492.
Yahudi Sephardic sering dibagi lagi menjadi Sephardim dan Mizrahim, dari Afrika Utara dan Timur Tengah. Istilah “Mizrahi” berasal dari kata Ibrani untuk timur.
Ada klaim diskriminasi terhadap komunitas Mizrahi di Israel.
“Diskriminasi dan ketidaksetaraan selalu menjadi praktek umum. Yahudi Western (Ashkenazi) memandang rendah orang lain. Mereka tidak ingin memberikan kekuatan kepada Mizrahis. Mereka ingin mengisi penjara mereka dengan Mizrahis daripada menawarkan mereka pendidikan, budaya dan bimbingan,” kata Pinhas Aloshi, seorang warga Israel asal Tunisia.
David Hetsroni, seorang warga Israel asal Polandia yang datang ke Israel pada 1930. Ia mengisahkan bahwa ayahnya tiba pada tahun berikutnya. Ayahnya tidak mendapatkan bantuan dari negara tapi membayar untuk segala sesuatunya dari kantongnya sendiri. Namun, ketika orang-orang Yahudi Mizrahi tiba, mereka mulai mengeluh bahwa mereka sedang ditindas.
“Anda mengirim kami untuk tinggal di Dimona, di selatan, sementara Anda tinggal di Tel Aviv dan di pusat. Anda menawarkan kami pekerjaan yang buruk saat Anda mendapatkan semua yang layak,” kata Hestroni, mengutip keluhan warga Yahudi Mizrahi.
Dia mengatakan bahwa ia tidak membuat tuduhan seperti itu, tapi faktanya ia sulit untuk menerima dan menyebut perlakuan itu adalah “tidak adil”.
Yehouda Shenhav, seorang warga Israel asal Irak meyakini bahwa situasi bagi generasi ketiga Yahudi Mizrahi dibandingkan dengan Yahudi Ashkenazi, lebih buruk hari ini daripada 30 tahun yang lalu.
“Pada tahun tujuh puluhan, ada satu Mizrahi dengan ijazah sarjana muda banding tiga Yahudi Ashkenazi (berijazah yang sama). Empat persen Mizrahi bergelar sarjana muda dibandingkan dengan 16 persen dari Ashkenazim. Hari ini, kesenjangan telah melebar ke sekitar 12 persen terhadap 50 persen,” Kata Shenhav. “Saya kembali menemukan diri saya sebagai seorang Israel bukan Arab. Semakin Anda menjauhkan diri dari kearaban, semakin besar kesempatan Anda bisa berintegrasi ke dalam masyarakat Israel. Ini menyedihkan.”
Rabbi Haim Amsalam mengatakan, kemajuan pribadi sering tergantung pada apakah nama keluarga Anda, Mizrahi atau bukan?
“Saya tahu banyak orang yang pernah mencapai posisi tinggi. Mereka tidak punya pilihan selain mengadopsi Ashkenazi, berbicara, penampilan fisik dan secara bertahap mengadopsi budaya Ashkenazi. Masyarakat campuran yang Ben-Gurion ingin ciptakan telah gagal, karena dia ingin mencairkan semua orang menjadi satu budaya. Mengapa saya harus meninggalkan budaya dan warisan saya?” kata Amsalam.
Kesenjangan besar warga Israel mengeksplorasi ketegangan yang mengakar antara masyarakat Yahudi Ashkenazi dan masyarakat Sephardi dan Mizrahi. (MINA/Al Jazeera)

Subscribe to receive free email updates: