KH Hasyim Muzadi; Banyak Hal Harus Dilakukan Untuk Raih Kemabruran
Haji adalah ibadah yang besar, bahkan mungkin yang terbesar di dalam
Islam. Haji merupakan ibadah fisik (jasadiyah), sekaligus ibadah
rohaniyah; ada rukun, ada wajib, ada sunnah, dan ada munajat (doa). Haji
juga merupakan ibadah ittihadiyah di mana umat manusia didorong untuk bersatu, baik sesama jamaah Indonesia maupun jamaah dari seluruh dunia.
Mereka akan dikumpulkan bersama di satu tempat yang disebut dengan Arafah (Al hajju Arafah). "Wukuf di situ adalah rukun. Rukun adalah kerukunan kita semua bersama jamaah haji,” tutur anggot Dewan Pertimbangan Presiden (Watimpres) KH. Hasyim Muzadi di hadapan 826 petugas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi 1437H/2016M di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Rabu (22/6/2016) malam.
Karena merupakan ibadah besar, kata KH Hasyim, maka Allah akan memberikan pahala yang sangat besar. Al Hajj al mabrur laisa lahu jazaun illal jannah, haji yang mabrur tidak ada balasannya kecuali surga. Sayang, kalau mendengar dalil ini, yang terpetik di benak orang adalah surganya, padahal seharusnya mabrurnya. Sebab, yang ditukar dengan surga adalah mabrurnya. “Masalahnya, bagaimana meraih kemabruran? Itu kuncinya,” pekik pengasuh Pondok Pesantren Al Hikam ini.
Menurut mantan Ketua Umum PBNU ini, banyak hal yang harus dilakukan untuk meraih kemabruran. Kalau petugas yang sudah menukar biaya naik hajinya dengan pelayanan, maka pelayanan menjadi wajib. “Percayalah, para petugas yang melayani jamaah secara baik, dia akan sehat. Dan ini tidak cukup dengan ‘amin’ saja, tapi harus ditunjukan dengan tindakan. Dokter atau petugas lainnya yang sibuk urus jamaah secara bertanggung jawab, dia akan sehat. Tapi yang malas-malas, justru akan kena penyakit dulu sebelum jamaahnya sakit,” pesannya.
Selain berpesan agar petugas menjalankan tugasnya dengan baik, tokoh NU ini juga berpesan agar para petugas mendoakan Indonesia. KH Hasyim menilai tantangan kehidupan berbangsa dan bernegara semakin kompleks, selain korupsi, juga masalah narkoba dan lainnya. “Mohon Indonesia didoakan. Mudah-mudahan tumbuh pemimpin yang bisa mengatasi semua ini. Jelek atau baik itu negara kita. Kalau jelek kita akan nanggung resikonya, kalau baik juga menerima manfaatnya,” tuturnya. (nm/kmng)
Mereka akan dikumpulkan bersama di satu tempat yang disebut dengan Arafah (Al hajju Arafah). "Wukuf di situ adalah rukun. Rukun adalah kerukunan kita semua bersama jamaah haji,” tutur anggot Dewan Pertimbangan Presiden (Watimpres) KH. Hasyim Muzadi di hadapan 826 petugas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi 1437H/2016M di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Rabu (22/6/2016) malam.
Karena merupakan ibadah besar, kata KH Hasyim, maka Allah akan memberikan pahala yang sangat besar. Al Hajj al mabrur laisa lahu jazaun illal jannah, haji yang mabrur tidak ada balasannya kecuali surga. Sayang, kalau mendengar dalil ini, yang terpetik di benak orang adalah surganya, padahal seharusnya mabrurnya. Sebab, yang ditukar dengan surga adalah mabrurnya. “Masalahnya, bagaimana meraih kemabruran? Itu kuncinya,” pekik pengasuh Pondok Pesantren Al Hikam ini.
Menurut mantan Ketua Umum PBNU ini, banyak hal yang harus dilakukan untuk meraih kemabruran. Kalau petugas yang sudah menukar biaya naik hajinya dengan pelayanan, maka pelayanan menjadi wajib. “Percayalah, para petugas yang melayani jamaah secara baik, dia akan sehat. Dan ini tidak cukup dengan ‘amin’ saja, tapi harus ditunjukan dengan tindakan. Dokter atau petugas lainnya yang sibuk urus jamaah secara bertanggung jawab, dia akan sehat. Tapi yang malas-malas, justru akan kena penyakit dulu sebelum jamaahnya sakit,” pesannya.
Selain berpesan agar petugas menjalankan tugasnya dengan baik, tokoh NU ini juga berpesan agar para petugas mendoakan Indonesia. KH Hasyim menilai tantangan kehidupan berbangsa dan bernegara semakin kompleks, selain korupsi, juga masalah narkoba dan lainnya. “Mohon Indonesia didoakan. Mudah-mudahan tumbuh pemimpin yang bisa mengatasi semua ini. Jelek atau baik itu negara kita. Kalau jelek kita akan nanggung resikonya, kalau baik juga menerima manfaatnya,” tuturnya. (nm/kmng)