Menag: Keberadaan Mahad Aly Bukan Sekedar Kepentingan Pesantren tapi Juga Bangsa

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin telah memberikan izin pendirian kepada 13 Mahad Aly Pondok Pesantren. Dalam sambutannya, Menag menegaskan bahwa keberadaan Mahad Aly  bukan sekedar kepentingan masyarakat pesantren an sich, melainkan kebutuhan bangsa Indonesia.

“Terutama dalam menyempurnakan sistem pendidikan nasional yang dicita-citakan, dan kebutuhan dunia Islam,” tegas Menag di Jombang, Senin (30/5/2016).
Menurutnya,  tantangan keulamaan dewasa ini semakin kompleks. Bukan hanya pada  penguasaan khazanah keislaman yang mendalam (tafaqquh fiddin), tapi juga bagaimana ulama merespons perubahan sosial seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta arus globalisasi. 
“Ulama kontemporer niscaya menguasai segala hal yang berorientasi pada kemaslahatan umat manusia,” terangnya.
Ditambahkan Menag, kehadiran Mahad Aly merupakan bagian implementasi dari skenario besar menjadikan Pendidikan Islam di Indonesia, khususnya pesantren, sebagai destinasi pendidikan dunia. Pondok pesantren memiliki kekuatan luar biasa untuk menjadi corong kepada masyarakat dunia. “Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang khas Indonesia dan mampu menghasilkan intelektual muslim yang berkarakter rahmatanlil’alamin,” ujarnya. 
Untuk menjaga mutu dan kualitas Mahad Aly, Menag memastikan bahwa saat ini pihaknya hanya membatasi satu program studi untuk setiap Mahad Aly. Hal ini menurutnya agar setiap Mahad Aly fokus mendalami prodinya masing-masing  sekaligus menjadikannya sebagai keunggulan  dan kekhasannya.  “Setelah lima sepuluh tahun ke depan, kebijakan ini akan dikaji ulang sehingga prodi bisa ditambah atau direvisi,” terangnya.
Senada dengan Menag,  Pengasuh Pondok Pesantren Tebuirang KH Salahuddin Wahid mengatakan tentang pentingnya mengembangan standard mutu dan tradisi akademik. Menurutnya, pesantren memilii dua tradisi besar, yaitu: tradisi pengajian yang bertumpu pada hafalan dan tradisi akademik yang bartumpu pada muthalaah dan bahsul Masail.
“Tradisi akademik harus dilakukan di Ma’had Aly. Sebab, tafaquh fiddin tidak hanya pandai baca kitab kuning, tapi juga harus cerdas membaca perkembangan zaman,” ujarnya.
“Terima kasih kepada Kementerian Agama yang telah membawa Ma’had Aly dalam struktur pendidikan. Mudah-mudahan ini bisa berhasil,” harapnya. (nm/kemenag)

Subscribe to receive free email updates: