3-5 Tahun Belakangan, Orang Lebih Emosional Hanya Karena Masalah Sepele

Hidup kini tidak semakin mudah, tantangan semakin kompleks, dan derajat tantangan tersebut semakin berat. Persaingan hidup semakin berat dan tajam, karena Tuhan tidak lagi menciptakan lahan, hutan dan lautan bertambah, bahkan semakin menyusut. Lihat, hutan dan lautan menjalani proses perubahan oleh tangan manusian dan oleh siklus alam, dan perubahan itu justru semakin membuatnya mengecil, sementara jumlah manusia semakin bertambah, maka persaingan di antara dan sesama manusia semakin ketat.

Demikian Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengawali sambutannya saat membuka Rapat Koordinasi Nasional Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kementerian Agama di Kota Ambon, Rabu (25/5) sore.
“Untuk itu,  Saya berharap forum ini dimanfaatkan untuk menjaga silaturahim di antara kita, berbagi pengetahuan  dan pengalaman terutama untuk hal-hal mendasar menyangkut kualitas hidup kita dan masyarakat di dalamnya,” pesan Menag kepada DWP.
Menag menyampaikan potret dan kondisi sosial saat ini. Menurutnya, manusia, 3-5 tahun belakangan ini, ada gejala orang lebih sensitif, emosional hanya karena persoalan sepele. Karena persoalan sepele, seorang bapak menganiaya bahkan membunuh  anaknya sendiri, begitu juga  sebaliknya, serta kejadian miris lainnya. Ini yang jarang terjadi dalam kurun 5-10 tahun lalu. 
“Begitu mudahnya, manusia gampang tersulut oleh hal-hal yang sederhana, ini karena tekanan yang dirasakan dalam hidup saat ini.Sehingga tak jarang, yang bawah dan lemah sering menjadi objek (pelampiasan) dari tingginnya tekanan tersebut,” papar Menag.
Tantangan yang dihadapi semakin komplek dan tidak hanya persoalan bangsa kita tapi juga dunia. Dalam pandangannya, bagi Negara dengan sistem dan tingkat pendidikannya yang tinggi, sistem bekerja, regulasi dan aturan hidup bersama sudah menyatu (built in) karena pembiasaan, berbeda dengan di Negara-negara berkembang yang sistem bekerja nya tidak seperti di Negara maju. Masyarakat sendiri dituntut mensikapi itu dengan bijak. 
“Untuk itu, Kementerian Agama dengan tugas fungsinya tidak bisa diam, agama dibutuhkan untuk memecahkan persoalan-persoalan tersebut. Kemenag menempatkan keluarga sebagai pranata yang harus diperkuat, ketahanan keluarga dinilai sangat penting. Karena hampir semua persoalan bermula dari keluarga,” tandas Menag. 
Menag menandaskan, keluarga didorong memiliki filter untuk menentukan mana yang baik dan negatif, sehingga tidak terjerumus pada hal-hal yang negatif. Misalnya ujar Menag, narkoba, kini tidak hanya diproduksi oleh ahli, tapi sudah dibuat dan menjadi indutri rumahan, karena kemudahan memperoleh bahan-bahannya.  Pornografi merasuk melalui perkembangan teknologi informasi, pronografi dan pornoaksi dengan leluasa merasuki ruang privat. “
“Keluarga jadi sesuatu hal yang strategis sehingga ini harus diperkuat,” tandas Menag kembali.
Untuk itu, Menag kembali menegaskan pentingnya wawasan pra nikah bagi pasangan yang akan menikah. Dalam kursus pra nikah ini, akan diberikan pengarahan tentang tugas dan tanggungjawab suami isteri. 
Menag prihatin, melihat tingginya angkak perceraian. Menurutnya, ini juga salah satunya disebabkan oleh banyak pasangan ketika masuk dalam pernikahan tidak tahu hakekatnya rumah tangga dan membina rumah tangga itu sendiri. Sehingga perceraian menjadi hal yang biasa bahkan bagi sebagian kalangan jadi kebanggaan. 
“Penting sekali mereka calon suami isteri dibekali pengetahuan dan wawasan apa itu hakekatnya keluarga. Disitulah strategisnya Dharma Wanita,” ujar Menag.
 Dalam kesempatan tersebut, Menag menyampaikan tiga hal; Paradigma kita, cara melihat relasi pria-wanita itu pada prinsipya relasinya setara (equal), tidak ada subordinasi satu sama lain. Kedua, Menag ingin menekankan agar DWP dalam mempersiapkan generasi muda terbaik. 
“Maka saya berharap DWP memilih program strategisnya, salah satunya memberikan pendidikan bagi orang tua, sekarang ini tidak hanya mendidik anak yang juga sama pentingnya. Mendidik juga diperlukan skill, modifikasi atau penyesuaian,” ujar Menag.
Dahulu, ujar Menag, ada aturan (adab) dalam keluarga tidak boleh bercakap-cakap saat makan, tapi justru kini, di ruang makan menjadi momentum penting dan mahal serta cara efisien untuk berdialog dengan keluarga. 
Selanjutnya, untuk tantangan-tantangan tersebut, Kemenag saat ini sedang gencar-gencarnya memerangi korupsi. Bekerjasama dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPKDWP menggelar gerakan Saya Perempuan Anti Korupsi (SPAK) yang sudah dicanangkan beberapa waktu lalu.  Menag berharap, gerakan dan komitmen anti korupsi ini bisa ditularkan kepapada DWP provinsi lainnya. Sementara untuk gerakan anti pornografi dan pornoaksi, DWP Kemenag  meluncurkan tekad yang tertuang dalam Gerakan Saya Ini Anti Pornografi dan Pornoaksi (SIAPP).
Diakhir sambutannya, Menag menekankan pentingnya peran orang tua yang harus lebih peduli dari mana dan dari siapa anak kita memperoleh pemahaman ajaran anak kita. Ini sangat penting, agar anak-anak kita memperoleh pemahaman keagamaan yang benar. (kemenag.goid/nm).
FOTO : Menag Lukman Hakim Saifuddin bersama Penasehat DWP Kemenag Trisna Willy Lukman Hakim secara simbolis melepas Tukik dari 3.047 Tukik yang di lepas di Pantai Liang Maluku Tengah, Rabu 25 Mei 2016 (foto:inmasmaluku/dm).

Subscribe to receive free email updates: