MUI Susun Panduan Toleransi Antar Ormas Islam

Komisi Ukhuwah Islamiyah Majelis Ulama Indonesia (MUI) menggelar seminar nasional bertema “Penyusunan Panduan Ukhuwah Islamiyah” di Hotel Bidakara, Jakarta, Senin (25/04/2016).
Ketua Umum MUI, KH. Ma’ruf Amin, dalam sambutannya menjelaskan pentingnya toleransi atau saling memahami antar kelompok Islam. Terutama menyangkut perbedaan masing-masing yang sifatnya khilafiyah.

“Harus ada toleransi untuk tidak menyerang perbedaan-perbedaan yang sebetulnya sifatnya percabangan (furu’iyah) bukan pokok (ushuliyah),” ujar Kiai Ma’ruf.

Selain itu, ia juga menekankan, perlunya kepemimpinan yang mengakomodasi puluhan ormas Islam dalam rangka menyatukan gerak langkah dan visi strategis.

“Bagaimana supaya ada kepemimpinan bersama. Tapi kalau imamah syakhsiyah yang bisa jadi pemimpin semua golongan itu, tidak ketemu-ketemu. Karena itu kita rubah saja, imamahnya tidak syakhsiyah, tapi imamah institusionaliyah,” jelasnya.

Sehingga, terang Ma’ruf, untuk urusan khilafiyah dan ubudiyah diserahkan kepada masing-masing ormas. Sedangkan untuk urusan visi strategis perlu ditunjuk pemimpinnya secara kelembagaan. “Nah, yang paling mungkin jadi imamah institusionaliyah itu ya Majelis Ulama,” tukasnya.

MUI Paling Memungkinkan
Menurut Ma’ruf, MUI merupakan representasi dari ormas-ormas Islam. MUI dinilai paling memungkinkan untuk melakukan koordinasi yang baik, maupun mengakomodasi langkah dan hal-hal strategis bersama.
“Oleh karena itu tanggung jawab MUI semakin besar untuk melakukan gerakan yang terkoordinasi dan menyamakan visi,” paparnya.

Rais ‘Aam Nahdlatul Ulama ini berharap, dengan itu nantinya akan tercipta langkah dan amaliyah yang kongkrit, yang berdampak pada kemaslahatan umat.

“Semoga kita bisa mengembangkan sampai seperti yang pernah dilakukan oleh Rasulullah di Madinah, yaitu dalam rangka menyatukan umat. Sehingga persatuan dan ukhuwah itu terwujud nyata,” pungkasnya. (hidayatullah.com)

Subscribe to receive free email updates: