Menteri Agama: Puluhan Aliran Ekstrem Masuki Wilayah NKRI



BRNews - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menegaskan, peran pondok pesantren tak bisa ditinggalkan menghadapi potensi masuknya aliran, keyakinan dan paham ekstrim ke Indonesia. Karena, pendidikan pesantren bisa menangkal perkembangan paham radikal.




Menteri Agama menabur bunga saat berziarah di makam pendiri NU KH Hasyim Asy'ari di Komplek Ponpes Tebuireng, seusai meresmikan dibukanya SMA Trensains 2 Pesantren Tebuireng di Jombang, Sabtu 23 Agustus 2014. (foto: sug/mkd)
Penegasan Menteri Agama tersebut disampaikan saat meresmikan SMA Trensains Pesantren Tebuireng II di Desa Jombok, Kecamatan Ngoro, Jombang, Jawa Timur, Sabtu 23 Agustus 2014. Peresmian ditandai dengan menabuh bedug oleh Menag didampingi pengasuh Pesantren Tebuireng KH Salahuddin Wahid (Gus Solah).

Pada era globalisasi ini, tambah Menag, potensi masuknya aliran ekstrim di Indonesia cukup tinggi. Kementerian Agama mencatat, selama satu tahun terakhir puluhan aliran agama yang berafiliasi kepada gerakan ekstrem memasuki wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Pada situasi seperti ini, pendidikan dan pesantren berperan penting mencegah berkembangnya paham-paham ekstrem itu. “Pendidikan memiliki peranan penting memberikan pemahaman tentang ajaran Islam yang menjunjung tinggi dan menghargai kearifan lokal,” terang Menag Lukman yang dirilis situs kemenag.

Pemberian pemahaman tentang Islam ‘rahmatan lil alamin’, sambungnya, diyakini mampu menangkal, minimal menghambat berkembangnya aliran radikal di Indonesia.

“Seekstrim apa pun alirannya, jika pemahaman sudah dilakukan sejak  di bangku pendidikan, itu tidak akan berpengaruh. Pada posisi inilah peran pesantren tak bisa ditinggalkan. Terlebih pesantren punya sejarah panjang dalam membangun bangsa,” tegas Menag.

Menag menambahkan, pesantren telah memberi kontribusi luar biasa bagi bangsa dalam rangka meningkatkan kualitas warga negara. Apalagi secara umum alumni pesantren memiliki ciri utama antara lain; kemandirian, keikhlasan dan cinta tanah air.




Sementara itu pengasuh Pontren Tebuireng KH Salahudin Wahid (Gus Solah) menyatakan bahwa Pesantren Tebuireng adalah pelopor masuknya pelajaran umum ke dalam pesantren.

Gagasan itu berasal dari KH A Wahid Hasyim saat pesantren lain masih merasa tabu memasukkan ilmu umum ke dalam kurikulum pesantren. “Dulu sempat ditentang tapi akhirnya diterima semua pesantren,” ujar Gus Solah.

Dikatakan, Pesantren Tebuireng kini telah mengembangkan diri menjadi empat Pesantren. Yaitu Pesantren Tebuireng (pusat), Pesantren Tebuireng II di Jombok Ngoro Jombang, Pesantren Tebuireng III di Indragira Hilir Riau dan Pesantren Tebuireng IV di Indragira Hulu Riau. Pesantren cabang ini tampaknya akan terus berkembang sesuai kebutuhan pendidikan masyarakat Indonesia. (kemenag).


Subscribe to receive free email updates: