Janngan Puas Dengan Amalan Yang Diperbuat

Para Ulama mengatakan bahwa Allah telah menyembunyikan ridhonya dalam amal-amal hamba-Nya. Namun amal sholeh mana yang mendapat ridho Allah, ini hanya Allah yang mengetahuinya.
Semua amal yang kita kerjakan ini tidak ada jaminannya disisi Allah karena itu tergantung pada kesempurnaan amalnya dan keikhlasannya. Untuk ukuran ini penerimaan amal ini hanya Allah-lah yang mengetahuinya.



Ada 3 perkara yang kita tidak mengetahui dalam amal:
1. Kita tidak tahu apakah amal ibadah kita diterima atau tidak, jadi jangan pernah merasa aman.
2. Kita tidak tahu amal baik mana yang bisa mendatangkan ridho Allah.
3. Kita tidak tahu amal buruk mana yang menyebabkan kita mendapatkan murka Allah.
Kisah-kisah :
1.Pernah ada seorang ahli ibadah di jaman Nabi Musa AS yang kerjanya selama 300 tahun hanya beribadah saja kepada Allah. Suatu hari ketika dia meminta kepada Nabi Musa untuk menanyakan kepada Allah surga mana yang Allah berikan sebagai balasan terhadap ibadahnya. Lalu Allah menjawabnya melalui Nabi Musa AS bahwa dia itu adalah penghuni Neraka.
2.Pernah ada seorang pelacur di jaman Nabi Musa AS ketika dia kelelahan setelah melewati perjalanan yang panjang dan kehausan. Lalu dia dapati ada sumur air di tempat dekat dia beristirahat. Setelah bersusah payah dia masuk kedalam sumur mengambil air dengan sepatunya, lalu ketika keluar didapatinya seekor anjing kecil sedang kehausan. Lalu karena kasihan melihat anjing kecil itu maka diberikanlah air tersebut kepada anjing kecil itu. Asbab kejadian ini Allah telah ridho kepada pelacur tersebut dan mengampuni seluruh dosanya, lalu memasukkannya ke dalam SurgaNya Allah Ta’ala.
3.Ada di jaman Nabi SAW seorang perempuan tua ahli ibadah, yang sudah menghabiskan banyak waktunya hanya untuk beribadah kepada Allah. Namun si nenek tua ini mempunyai kebiasaan suka melalaikan kucing peliharaannya dari memberikannya makanan. Akibat dari perbuatannya ini akhirnya kucing peliharaannya yang di ikat dan dikurung tersebut mati kelaparan. Maka apa kata Nabi SAW mahfum bahwa nenek tua itu adalah penghuni neraka.
Jadi pada intinya kita tidak tahu amal baik mana yang Allah terima walaupun kita ahli maksiat dan amal buruk mana yang bisa menyebabkan murka Allah atas diri kita walaupun kita adalah ahli ibadah. Untuk perkara ini kita perlu menjaga sifat harap dan cemas kita. Karena Nabi SAW pun yang sudah di jamin surganya oleh Allah tidak pernah merasa aman atas amal-amalnya.
Kisah Nabi SAW :
Suatu ketika Nabi SAW selepas sholat berdo’a menangis hingga kesedihannya terasa oleh istrinya Ummu Salamah. Lalu Ummu Salamah bertanya, “Ya Rasullullah, mengapa engkau menangis memohon ampunan padahal engkau telah di jamin Surganya oleh Allah.” Lalu Nabi SAW menjawab dengan tegas, “Siapakah yang bisa menjaminku wahai istriku? Sedangkan saudaraku Nabi Yunus AS ketika dia bersandar pada amalnya sesaat saja, dia merasa aman terhadap amalnya, Allah kurung dia dalam perut Ikan Paus selama 40 hari.” Nabi saja Allah hukum di dalam laut karena tidak ada risau terhadap amalnya. Padahal nabi Yunus AS hanya bersandar sesaat saja dari amalnya.
Nabi Yunus AS meninggalkan ummatnya mencari tempat yang lebih baik untuk dakwah pada kaum yang lain. Nabi Yunus AS tidak merasa khawatir dengan perbuatannya meninggalkan kaumnya ketika itu. Nabi Yunus merasa aman dan tidak ada kekhawatiran terhadap amalnya tersebut. Padahal Allah perintahkan dia untuk tetap di kampung tersebut. Sesaat merasa aman dari amalnya, Allah kurung Nabi Yunus di dalam perut ikan paus, hingga dia bertobat kepada Allah.
Kisah Umar bin Khattab RA :
Umar RA adalah seorang sahabat yang termasuk dalam 10 orang sahabat yang telah di jamin Surganya oleh Allah Ta’ala. Suatu ketika umar RA bertemu dengan Hudzaifah RA yaitu penyimpan rahasia Nabi SAW. Umar RA bertanya kepada Hudzaifah RA, “Wahai Hudzaifah, aku tidak peduli apakah ada orang-orang munafik yang kerja untukku ataupun orang lain yang telah jelas kemunafikkannya. Namun Aku hanya mau bertanya satu hal kepadamu Apakah Aku termasuk golongan orang-orang yang Munafiq yang dikabarkan oleh Nabi SAW.”
Ini adalah Risaunya Umar RA, yang Surganya telah di jamin oleh Nabi SAW. Walaupun begitu tetap Umar RA selalu dalam keadaan khawatir terhadap amal-amalnya bukannya dalam keadaan aman. Padahal kalau kita lihat amalnya Umar RA, sudah seharusnya dia merasa aman, tetapi hingga menjelang ajalnya pun dia masih dalam keadaan selalu merasa khawatir atas amal-amalnya. Umar RA di tanya oleh Abbas RA menjelang wafatnya, “Apalagi yang engkau risaukan wahai Umar, sedangkan Allah dan Nabinya sudah menjamin keberadaanmu di Surga.”
Lalu Umar RA menjawab, “Jika aku mempercayai perkataanmu, maka aku ini sungguhlah orang yang bodoh. Andai kata seluruh umat ini masuk surga dan satu orang masuk ke dalam neraka, maka aku khawatir yang satu orang masuk ke dalam neraka itu adalah aku. Jika seluruh manusia masuk ke dalam neraka dan hanya satu orang masuk ke dalam Surga, Aku berharap agar orang itu adalah Aku.” Menjelang ajalnyapun, Umar RA masih dalam keadaan harap dan cemas terhadap amalnya. Apalagi kita saat ini yang sudah jelas-jelas tidak ada jaminannya dari Allah Ta’ala dan NabiNya.
> Ciri-ciri Amal yang Allah Sukai adalah Amal yang mempunyai Sifat : > > II. Harap dan Cemas : > > Salah satu ciri amal yang disukai Allah adalah amal yang mempunyai sifat harap dan cemas. Menurut Ulama, Iman itu ada di antara harap dan cemas. Pernah ada suatu kisah seorang anak muda yang sedang menghadapi sakratul maut bertanya pada rasullullah SAW. Dia bertanya, “Ya Rasullullah SAW, aku berharap Allah mau mengampuni dosa-dosaku tetapi aku takut dosaku terlampau banyak.” Rasullullah SAW bersabda mahfum :
> “jika ada dalam amal ini rasa harap dan cemas (takut) kepada Allah, maka Allah akan mengabulkan apa yang kita harapkan dan menjauhi kita dari apa yang kita cemaskan (takuti).”
> Hari ini orang yang berharap rahmat Allah sudah banyak tetapi tidak ada rasa cemas, jadinya maksiat jalan terus. Lalu ada orang yang terlalu mencemaskan dosanya sehingga putus asa dari rahmat Allah, akhirnya buat dosa terus. Jadi harap saja tanpa cemas ujung-ujungnya perbuatan dosa, dan putus harap karena terlalu cemas ujung-ujungnya dosa juga. Yang benar adalah harus punya harap kepada Allah dan rasa cemas karena dosa. Ini yang harus kita jaga dalam kehidupan kita yaitu rasa harap dan cemas.
> Kisah di Jaman Nabi Musa AS :
> Dalam sebuah riwayat di kisahkan, ada seorang pemuda yang pergi untuk bertemu dengan Nabi Musa AS untuk bertanya mengenai Iman. Namun di tengah jalan si pemuda tadi bertemu dengan seseorang yang tangan dua-duanya sudah tidak ada, kaki dua-duanya sudah tidak ada, matanya buta. Lalu si pemuda ini bertanya apa yang sudah terjadi padanya. Si orang tadi menjawab bahwa, “Saya ini korban perampokan sehingga tangan, kaki saya di potong oleh perampok itu dan mata saya di buta kan.” Si orang tadi menceritakan bagaimana jahatnya perampok itu dan bagaimana susahnya dia menjalankan hidup. Si pemuda tadi menanyakan dari mana dia dapat makan. Lalu orang itu bilang, “setiap hari saya merasakan ada semut yang mengantar buah-buahan langsung ke mulut saya sudah sampai 10 tahun.” Akhir cerita si pemuda tadi mengajak orang itu ikut namun dia menolak sehingga pemuda tadi pamit untuk pergi. Namun orang cacat tadi menitip pertanyaan untuk Nabi Musa : “Kemuliaan seperti apa yang Allah akan berikan kepada saya nanti di surganya Allah, setelah sabar mengalami penderitaan selama 10 tahun ini.”
> Sampai di tengah perjalanan si pemuda tersebut di hadang oleh seorang perampok yang ternyata adalah perampok yang merampok si orang yang cacat tadi. Si perampok itu bilang bahwa dia telah membunuh 99 orang dan dia ingin menjadikan pemuda tadi yang ke 100. Lalu si pemuda itu bilang kepada si pembunuh, “Yang namanya orang pintar dia akan tahu manfaat dan mudharat dari pekerjaan yang dilakukan. Sekarang jelas-jelas saya tidak ada uang. Kalau tuan bunuh saya malah akan menyusahkan tuan. Tuan harus berkelahi dulu dengan saya, kalau saya mati tuan harus mengubur diri saya lagi, tuan harus mencium bau mayat saya lagi. Jadi yang ada hanya mudharat untuk tuan dan tidak ada manfaatnya.” Si perampok tadi akhirnya mengurungkan niatnya untuk membunuh pemuda tadi. Lalu dia bertanya kemana tujuan si pemuda itu pergi. Setelah menjelaskan maksud dan tujuannya, akhirnya si perampok meminta pemuda untuk menyakan kepada Nabi Musa AS : “ Saya sudah membunuh 99 orang dan saya ingin bertobat apakah Allah akan menerima tobat saya.” Maka pergilah si pemuda tadi menghadap Musa AS.



> Setelah bertemu dengan Nabi Musa AS, maka dia ajukan 3 pertanyaan :
> Pertanyaan pertama adalah tentang Iman : Mengapa Allah tidak menampakkan dirinya langsung agar kita bisa langsung mengimaninya ?
> Pertanyaan kedua tentang si cacat : Kemuliaan apa yang akan Allah berikan kepada saya yang telah bersabar menghadapi penderitaan selama 10 tahun ini ?
> Pertanyaan ketiga tentang si perampok : Apakah Allah akan menerima tobat orang yang sudah membunuh 99 orang ?
> Lalu Nabi Musa AS menjawab pertanyaan : > > Kalau kita bisa melihat Allah kenapa Allah susah-susah mengirim Nabi. Kita beriman kepada Allah karena kita tidak bisa melihatnya. Ini baru yang namanya Iman, yaitu tidak pernah melihat tapi mau meyakini.
> Orang cacat tadi penghuni Neraka.
> Allah akan mengampunkan dosa perampok tadi dan Allah akan masukkan dia ke surga.
> Si pemuda tadi bertanya mengapa si cacat yang sabar masuk neraka dan sedangkan si perampok yang jahat masuk surga. Lalu Musa AS menjawab, yang namanya penghuni surga itu mempunyai ciri- ciri. Ciri-cirinya adalah Dia melupakan 2 hal dan mengingat 2 hal :
> Yang Di lupakannya : > > Kebaikan atau amal baik dirinya > > Kejahatan orang lain terhadap dirinya > > Yang Di ingatnya : > > Kejahatan dirinya atau amal buruk dirinya > > Kebaikan Allah dan orang lain terhadap dirinya > > Nabi Musa berkata si cacat tadi : > > Yang di ingatnya hanya kebaikan atau amal baiknya (dia merasa aman / bersandar pada amalnya). Tetapi dia melupakan nikmat yang telah Allah berikan kepadanya melalui semut yang mengantarkan buah ke mulutnya tiap hari selama 10 tahun. Dia tidak bersyukur terhadap nikmat Allah tersebut. > > Lalu dia mengingat keburukan orang lain dan melupakan keburukan diri sendiri
> Itulah sebabnya si cacat ini Allah tentukan neraka sebagai tempat dia kembali. Si cacat tadi hanya punya pengharapan yang berlebihan tanpa rasa cemas terhadap amal-amalnya, sehingga dia lalai dari nikmat Allah. Inilah yang namanya merasa aman atas amal-amalnya. Hari ini kita jangan pernah merasa sudah sabar menghadapi penderitaan dan kesusahan karena kita tidak tau apakah kesabaran kita Allah terima atau tidak. Jika kita ada berbuat kebaikan lupakan saja karena itu Allah yang bantu kita. Yang perlu kita ingat selalu adalah kebaikan Allah dan orang lain terhadap diri kita, dan bagaimana membalasnya. Kita sering-sering minta ampun kepada Allah dan minta maaf kepada orang karena amal buruk kita. Ini yang harus kita ingat-ingat yaitu kejahatan kita kepada Allah dan orang lain. Kita lupakan kejahatan orang lain terhadap kita, karena jika ada yang memukul kita pada hakekatnya itu adalah Allah yang memukul kita. Jadi kita lupakan saja perbuatan jahat orang lain terhadap diri kita, dan jangan kita ungkit-ungkit kejahatan orang lain seperti si cacat tadi yang menyebabkan dia menjadi penghuni neraka.
> Sedangkan si perampok tadi Allah terima ampunannya dan Allah akan masukkan dia kedalam surga karena : > > Dia mempunyai ciri-ciri penghuni surga yaitu : yang di ingat-ingat adalah kejahatan dia sendiri dan dia lupakan kejahatan orang lain. > > Si perampok ini mempunyai sifat harap dan cemas. Dia mengharapkan rahmat Allah dan mencemaskan perbuatan dia.

Subscribe to receive free email updates: